SELAMAT DATANG

Selamat Datang di http://widodoalgani.blogspot.com
Semoga Bermanfaat.
Mohon tinggalkan komentar.

Kamis, 29 Desember 2011

Memerangi Kemiskinan dan Kebodohan

Rasulullah SAW semasa hidupnya memiliki banyak orang shahabat yang kaya raya seperti  Abu Bakar Ash-Shiddiq, ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Abdur Rahman bin ‘Auf. Bahkan istri beliau Khadijah adalah seorang pedagang sukses, namun mereka tidak kikir dengan harta mereka. Mereka faham akan sabda Rasulullah SAW, “Al-yadul-’ulya khairun minal-yadis-sufla” atau memberi itu lebih baik dari pada diberi. Sejarah mencatat bahwa dalam masa khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, pemerintah mengalami kesulitan untuk menyalurkan zakat, karena rakyat hidup makmur sehingga sangat sedikit orang miskin yang berhak menerima zakat. Sayang sekali di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini masih ada sekitar 30 juta jiwa yang hidup di bawah garis kemiskinan. Berita tentang balita yang mengalami gizi buruk, busung lapar, dan makan nasi aking masih sering mengemuka di layar kaca. Masih memerlukan kerja keras untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Apalagi kalau berbicara tentang kebodohan ummat akan agama mereka sendiri, ternyata masih sangat memprihatinkan. Di jaman ultra modern yang serba digital dan ditandai dengan cara berpikir rasional sekarang ini, masih banyak ummat Islam yang terjerat khurafat dan tahayyul. Sebagian lagi masih terbelenggu bid’ah dan taqlid buta. Fenomena berbondongnya orang untuk berobat kepada dukun cilik Ponari dan sejenisnya merupakan bukti kejahilan ummat terhadap agamanya yang masih lekat.
Kemiskinan dan kebodohan merupakan dua penyakit ummat yang disebabkan karena mereka jauh dari agamanya. Maka solusinya adalah mengajak ummat kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Rasululah SAW pernah bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا، كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ. ابن عبد البر

Telah aku tinggalkan di tengah kalian dua perkara. Sungguh kalian tidak akan tersesat bila berpegang kepada keduanya, yakni kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnah nabi-Nya (As-Sunnah).“[HR Malik]
Al-Qur’an menghasung ummat untuk bekerja keras dan menjanjikan derajat sesuai dengan prestasi kerjanya.

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. [QS. Al-An'aam : 132].
Juga firman Allah :

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلا

Katakanlah, “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. [Al-Israa' : 84].
Bahkan Rasulullah SAW pernah mengingatkan akan adanya dosa yang tidak bisa ditebus kecuali dengan bekerja keras untuk memberi nafkah kepada keluarga. Di sisi lain dalam konteks ilmu, Allah melarang ummat untuk beramal tanpa ilmu [QS Al Isra' 17: 36]

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Sedang Rasululah SAW sendiri dalam banyak hadits menghasung ummat untuk menuntut ilmu. Bahkan beliau menilai sebaik-baik manusia adalah mereka yang belajar dan mengajar Al-Qur’an. [HR Tirmidzi]
Andaikata ummat Islam faham dan mengamalkan tuntunan di atas, maka mereka akan terbebas dari kemiskinan dan kebodohan, apalagi kalau mereka mengamalkan kehidupan berjama’ah. Rasulullah SAW menggambarkan orang beriman itu bagaikan satu bangunan, satu dengan yang lain saling menguatkan..

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. متفق عليه

Orang mumin satu dengan yang lain seperti satu bangunan yang saling kuat-menguatkan. [HR. Muttafaq 'alaih]
Dengan pola kehidupan seperti ini kekuatan ummat akan terhimpun dan terkelola dengan baik, sehingga persoalan ummat lebih mudah diatasi, ketergantungan kepada bangsa lain dapat dihindari, dan produktivitas lebih mudah ditingkatkan. Semoga Allah lempangkan jalan bagi ummat untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, untuk hidup berjama’ah, dan meningkatkan produktivitas, sehingga terbebas dari kemiskinan dan kebodohan, aamiin.
Oleh : Al-Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Ketua Umum Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong Beri Komentar demi perkembangan blog ini....
Terima kasih