SELAMAT DATANG

Selamat Datang di http://widodoalgani.blogspot.com
Semoga Bermanfaat.
Mohon tinggalkan komentar.

Selasa, 18 Oktober 2011

NATA DE COCO


PENDAHULUAN

Sejak tahun 1988 Indonesia menduduki urutan pertama sebagai negara yang memiliki areal pertanaman kelapa terluas di dunia. Bahkan pada tahun 1990 luas arealnya mencapai 30,9 % dari total luas areal kelapa dunia. Meskipun demikian tetapi produksinya hanya menduduki urutan kedua.
Adanya potensi yang sangat besar ini harus dimanfaatkan agar tingkat pendapatan petani juga dapat ditingkatkan. Namun, sampai saat ini masih ada beberapa kendala yang menyebabkan pendapatan petani kelapa masih rendah. Kendalanya adalah pengolahan bahan yang masih bersifat tradisional dan kurangnya industri pengolahan kelapa. Masalah di atas menyebabkan petani tidak mempunyai alternatif  lain untuk memasarkan kelapanya. Padahal dari komoditi ini dapat diperoleh aneka olahan yang mempunyai nilai ekonomi dan prospek pasar yang baik. Aneka olahan itu adalah arang batok, serat sabut kelapa, kelapa parut kering (desiccated coconut), gula kelapa, nata de coco, dan lain-lain,
Air kelapa merupakan salah satu produk dari tanaman kelapa yang belum dimanfaatkan. Air kelapa muda merupakan minuman yang sangat popular dan air kelapa dari buah yang tua telah dicabangkan sebagai produk. Namun pemasarannya sangat terbatas (Suhardiyono, 1993). Lebih lanjut dinyatakan oleh Rony Palungkung (1993) air kelapa muda ini rasanya manis, mengandung mineral 4%, gula 2%, abu dan air. Bila buah makin tua, maka airnya kurang manis. Air kelapa juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Selain sebagai penyegar tenggorokan, juga dapat diolah menjadi sirup, nata de coco dan lain sebagainya.
Nata de Coco adalah sejenis agar-agar yang mula-mula dihasilkan oleh beberapa daerah di Filiphina, terutama di daerah Laguna dan Quezon. Dewasa ini beberapa negara telah berhasil membuat bahan makanan ini dan merupakan bahan makanan yang potensial bagi negara-negara penghasil kelapa.
Nata de Coco dibuat dari air kelapa tua yang dihasilkan dari kegiatan beberapa jenis bakteri yang dibubuhkan ke dalam air kelapa tersebut. bakteri yang digunakan untuk membuat Nata de Coco adalah Leuconostoc mesenteroides (Alaban, 1962), Acetobacter aceti (Mendoza, 1953) atau Acetobacter xylinum (Palo and Larve, 1954; Saturnino Dimaguila, 1967).
Dewasa ini banyak penelitian yang mengembangkan produk Nata dengan bahan lain seperti buah Nanas (Musa Hubeis, 1996), Molase (Farlinda Rusdiana, 1996), Limbah Tahu (Gatot Budi Hartoyo, 1995), Nira Kelapa (Pusat Penelitian Kelapa Sumatera Utara dalam buku San Afri Awang, 1991) dan juga banyak penelitian tentang Nata yang mengarah pada formulasi pembuatan nata namun belum ada penelitian tentang penggunaan berbagai macam konsentrasi starter.
Pada proses pembuatan Nata de Coco terdapat proses inokulasi, yaitu pemberian starter atau bibit ke dalam medium fermentasi. Pemberian starter dilakukan dengan cara menuangkan hasil biakan bakteri ke dalam medium sebanyak 5% dari volume medium. Dan biakan bakteri tersebut merupakan hasil fermentasi starter selama 3-5 hari. Penambahan starter ke dalam medium fermentasi sebanyak 5% tersebut merupakan batas minimal. Semakin banyak penambahan starter maka akan semakin baik, karena dapat mempercepat fase adaptasi (Anonymous D, 1995).


PEMBAHASAN

A.     Klasifikasi Kelapa
Kelapa dikenal sebagai tanaman serba guna karena seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia. Bagian-bagian tanaman kelapa yang sangat bermanfaat bagi manusia antara lain batang, daun, bunga, buah dan air kelapa.
Menurut P. Suhardiman (1993: 16) klasifikasi tanaman kelapa adalah:
Devisio                   = Spermatophyta
Sub Devisio            = ANgiospermae
Sub Klas                = Monocothiledoneae
Ordo                      = Palmoles
Familia                   = Palmae
Genus                     = Cocos
Species                  = Cocos nucivera L.
Tanaman kelapa (Cocos nucivera L.) merupakan tanaman tahunan termasuk familia Palmae dan dibagi menjadi tiga jenis diantaranya ialah jenis kelapa dalam, genjah dan kelapa hibrida.
Pada mulanya hanya ada dua varietas kelapa yang dikenal, yaitu varietas baru, yaitu kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan antara varietas genjah (ibu) dengan varietas dalam (bapak).
  1. Varietas Dalam
Varietas ini terdapat di berbagai negara produsen kelapa. Varietas ini berbatang tinggi dan besar, tingginya mencapai 30 m atau lebih. Kelapa dalam mulai berbuat agak lambat, yaitu antara 6-8 tahun setelah tanam. Umurnya dapat mencapai 100 tahun lebih.
 Keunggulan varietas ini adalah:
-         Produk kopranya lebih tinggi, yaitu sekitar 1 ton kopra/ha/tahun pada umur sekitar 10 tahun,
-         Daging buah tebal dan keras dengan kadar minyak yang tinggi, dan
-         Lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
Sedang kekurangannya adalah:
-         Lambat berbuah (6-7 tahun setelah tanam).
-         Produksi tandan buah sedikit, yaitu sekitar 11 tandan/pohon/tahun.
-         Produktivitas sekitar 90 butir/pohon/tahun, dan
-         Habitus tanaman lebih tinggi, yaitu sekitar 20 m pada umur 50 tahun.  

  1. Varietas Genjah
Tanaman kelapa varietas genjah berbatang ramping, tinggi batang mencapai 5 m atau lebih, masa berbuah 3-4 tahun setelah tanam, dan dapat mencapai umur 50 tahun.
            Kelebihan varietas genjah adalah:
-         Lebih cepat berbuah (3-4 tahun setelah tanam),
-         Produksi tandan buah lebih banyak, yaitu sekitar 18 tandan/pohon/tahun,
-         Habitus tanaman pendek, sekitar 10 m pada umur 40 tahun
-         Produktivitasnya sekitar 140 butir/pohon/tahun
Sedang kekurangannya adalah:
-         Produksi kopra rendah, sekitar 0,5 ton/ha/tahun pada umur 10 tahun,
-         Daging buah tebal, rapuh, dan kandungan minyaknya rendah,
serta
-         Peka terhadap gangguan hama dan penyakit.              

  1. Varietas Hibrida
            Kelebihan varietas hibrida adalah:
-         Lebih cepat berbuah (3-4 tahun setelah tanam),
-         Produksi kopra tinggi, sekitar 6-7 ton/hektar/tahun, pada umur 10 tahun,
-         Produktivitas buah lebih besar, sekitar 140 butir/pohon/tahun,
-         Daging buah tebal, keras dan kandungan minyaknya tinggi,
-         Habitus tanaman sedang, serta
-         Lebih tahan terhadap gangguan hama dan penyakit.

B.     Nilai Gizi Nata de Coco
Menurut Anonymous d (1995 : 37) kandungan gula atau karbohidrat merupakan komponen terpenting dalam pembuatan Nata de coco. Air kelapa ternyata mengandung glukosa, fruktosa, sorbitol, s-inosi-tol dan sinositol yang menjadi sumber makanan bagi Acetobacter xylinum, membentuk gel pada permukaan air dari larutan yang mengandung gula. Dimana gula tersebut dikonversikan oleh bakteri menjadi massa yang sangat viscous (kental). Nata de Coco juga merupakan sellulose yang di bawah mikroskop nampak seperti massa fibril tidak beraturan yang menyerupai benang atau kapas.
Rony Palungkun (1993 : 99) disebutkan Thimann (1962) menjelaskan bahwa Nata de Coco terjadi karena proses pengambilan glukosa dari larutan gula atau gula dalam air kelapa oleh sel-sel Acetobacter xylinum. Kemudian glukosa tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor (penciri nata) pada membran sel. Prekursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim mempolimerisasi glukosa menjadi sellulosa di luar sel.
Nata de coco dapat digolongkan sebagai makanan berkalori rendah, sehingga cocok untuk menolong penderita diabetes, sebagai bahan makanan diet bagi orang-orang yang kegemukan. Nata de Coco berbentuk padat, putih, dan rasanya menyerupai kolang-kaling dengan kandungan lemak 0,2%, karbohidrat 36%, kalsium 12 mg, phosphor 2%, kalori 146 cal dan Fe 0,5 mg, untuk setiap 100 gr nata. Nata tersusun dari polisakarida, mungkin dextrose, dengan kadar gula 7-10% (Djoehana Setyomidjojo, 1991).

C.     Mikroorganisme Penghasil Nata
Sebenarnya nata merupakan bacterial cellulose atau sellulosa sintesis yaitu bakteri asam asetat yang sedikit memerlukan udara. Dalam medium air bakteri Acetobacter memerlukan udara, sedangkan Acetobacter xylinum membentuk suatu lapisan atau massa yang dapat mencapa ketebalan beberapa sentimeter, berstruktur kenyal, berwarna putih, dan tembus pandang. Sellulosa yang terbentuk sebagai hasil aktivitas bakteri berasal dari glukosa, dan glukosa sendiri dihasilkan oleh pecahan sukrosa. Sedangkan sellulosa merupakan produk samping bakteri berbentuk kapsul yang membungkus bakteri, yang pada akhirnya bakteri terperangkap dalam massa fibrilliar hasil aktivitasnya (Anonimous d, 1995: 27).
Mikroorganisme Penghasil nata termasuk bakteri asam asetat yang dapat membentuk asam asetat melalui proses oksidasi metal alkohol menjadi asam asetat dan mampu mengoksidasi komponen-komponen organik lain, termasuk asam asetat sendiri. Sifat bakteri ini gram negatif berbentuk batang, aerobic dan biasanya katalase negatif. Sifat-sifat spesifiknya adalah mampu mengoksidasi ethanol menjadi asam asetat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk industri vinegar, juga dapat membentuk kapsula yang dapat dipergunakan untuk industri pangan yaitu pada Acetobacter xylinum (Kapti Rahayu dkk., 1989: 52).


D.    Prospek Nata de Coco
Nata de Coco merupakan makanan khas dari Philiphina, berwarna putih, transparan dan kenyal. Dikonsumsi sebagai makanan penyegar pencucimulut, dan biasanya disajikan dalam fruit cocktail, es krim, yogurt atau cukup dimakan dengan sirup.  Nata de Coco adalah sejenis agar-agar yang mula-mula dihasilkan di Laguna dan Quezon, dewasa ini beberapa negara telah berhasil membuat makanan ini termasuk Indonesia.
Produk Nata de Coco ini belum dieksport, akan tetapi pasaran domestik cukup baik. Saat ini Nata de Coco sudah banyak dijual di toko serba ada maupun di toko-toko lain di kota-kota besar, sehingga tidak menutup kemungkinan suatu saat Nata de Coco menjadi salah satu komoditi eksport mengikuti jejak produk olahan kelapa lainnya. Potensi eksport produk olahan Nata de Coco adalah Amerika Serikat dan Jepang yang mencapai harga $ 1,51 /kg FOB.

E.     Faktor-faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembuatan Produk Nata de Coco
Untuk membuat produk Nata de Coco yang baik dan berkualitas, perlu adanya usaha maksimal dalam pengolahannya. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan Nata de Coco, antara lain:
1.      Penyediaan Wadah Fermentasi
Wadah untuk tempat media fermentasi diusahakan bebas dari segala macam mikroba kecuali mikroba inokulen. Oleh karena itu perlu pensterilan wadah melalui perebusan dapat pula dilakukan dengan memberikan uap panas. Menurut Anonymous (1996: 24) wadah fermentasi juga tidak boleh terbuat dari unsur-unsur logam karena mudah korosif/berkarat pada suasana asas yang dapat mengganggu aktivitas Acetobacter xylinum. Untuk itu lebih baik digunakan wadah plastik/bak. Pada umumnya digunakan bak plastik yang berwarna hitam sebab intensitas cahaya juga sangat mempengaruhi.
2.      Penyediaan Bahan Media Fermentasi
Bahan dasar media fermentasi juga diharuskan steril. Pensterilan bahan dilakukan melalui pemanasan (perebusan) dengan suhu 100°C selama 15 menit agar mikroba-mikroba yang dapat mencemari terbunuh (Anonymous b, 1996: 25).
3.      Suhu yang dibutuhkan
Suhu optimum yang diperlukan dalam pembuatan Nata de Coco adalah suhu kamar (28°C). suhu yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah akan menghasilkan nata yang kurang berkualitas atau aktivitas kerja Actobacter xylinum terhambat (Anonymous c, 1996: 11).
4.      Pengaturan pH
Derajat keasaman medium yang ideal dalam pembentukan Nata de Coco adalah 3-5 (dalam suasana asam) untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum. Hal ini disebabkan Acetobacter xylinum merupakan bakteri asam asetat yang hanya mampu tumbuh pada medium yang bersuasana asam (Aninymous c, 1996: 24).
5.      Penutup Wadah
Selama proses fermentasi, wadah harus tertutup rapat agar kotoran yang terbawa udara luar tidak dapat mencemari medium fermentasi. Dalam pembuatan Nata de Coco ini pada umumnya penutup wadah menggunakan kertas koran, sebab sekalipun wadah tertutup rapat namun sirkulasi udara tetap berjalan dengan lancar. Hal ini dikarenakan Acetobacter xylinum merupakan bakteri aerob yang dalam pertumbuhannya tetap memerlukan udara (oksigen).
6.      Kondisi Ruang Pemeraman
Dalam melakukan proses pemeraman, kondisi ruang tempat pemeraman harus pula diperhitungkan. Selama pembentukan Nata de Coco berlangsung, lingkungan sekitar harus tenang, jauh dari sumber panas, gerakan dan kegaduhan serta ancaman lain seperti binatang. Akibat adanya goncangan akan menenggelamkan lapisan Nata de Coco yang terbentuk dan akan memulai membentuk lapisan yang baru lagi, sedangkan kedua lapisan tersebut tidak dapat bersatu kembali (Anomyous c, 1996: 24). Selain itu pula diusahakan wadah jangan sampai berhubungan langsung dengan tanah, lebih baik jika disediakan rak-rak tempat pemeraman.

F.      Pengolahan Nata de Coco
Pengolahan Nata de Coco terdiri dari 2 tahap, yaitu pembuatan cairan bibit (starter) dan pembuatan Nata de Coco.
1.      Tahap Pembuatan Biakan Murni (Starter)
Bahan dan alat yang diperlukan:
        Yeast ekstrak agar  : 0,25 g
        K2HSO4                 : 0,50 / 0,39 g
        Mg SO4                 : 0,06 g
        Gula Pasir               : 10 g
        Agar-agar               : 2 g
        Air kelapa              : 100 ml
        Air bersih               : secukupnya
        Cuka                      : secukupnya
        Biakan murni Acetobacter (dapat dibeli di balai penelitian Kimia)
        Panci, Kompor, Dandang (autoklaf) dan botol.
Cara membuatnya:
        Campurkan semua bahan (kecuali cuka dan biakan murni) lalu encerkan dengan air bersih
        Panaskan adonan tersebut agar bahan cepat larut.
        Setelah semua bahan-bahan larut, adonan didinginkan kembali lalu tambahkan asam cuka hingga pHnya mencapai 4,5
        Adonan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C, tekanan 15 lbs (6,8 kg) selama 15 menit. Jika autoklaf tidak bersedia, sterilisasi dilakukan dengan menggunakan dandang.
        Dalam keadaan panas, masukkan adonan tersebut ke dalam botol atau tabung reaksi yang sebelumnya telah disterilkan. Kemudian didiamkan dalam posisi miring sampai beku. Adonan beku tersebut dinamakan media agar miring.
        Selanjutnya media agar miring diinokulasi dengan biakan murni Acetobacter xylinum atau Acetobacter aceti dan simpan bahan tersebut dalam ruangan yang aman selama 5 hari. Bakteri akan tumbuh di atas permukaan media agar. Supaya biakan murni dapat bertahan, maka setiap sebulan sekali dipindahkan ke dalam media Yeast Ekstrak agar yang baru.
2.      Tahap Pembuatan Nata de Coco
Dalam pembuatan Nata de Coco dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut:
        Air kelapa 1 liter
        Natrium benzoate (pengawet) 100 g/kg nata
        Gula pasir 675 g
        Asam cuka secukupnya
        Air dan esence secukupnya
        Saringan, kompor, panci, wadah plastik, bak plastik, pisau dan kantong plastik.
Cara pembuatannya:
        Siapkan air kelapa yang telah disaring dan bebas dari kotoran.
        Panaskan air kelapa tersebut, agar mikroba-mikroba yang dapat mencemari terbunuh.
        Sementara dipanaskan, tambahkan gula sebanyak7,5% dari jumlah air kelapa untuk 1 liter air kelapa dibutuhkan 75 g gula.
        Setelah itu larutan didinginkan dan ditempatkan dalam wadah yang sudah disterilkan lalu tambahkan asam cuka hingga keasaman larutan mencapai pH 4-5.
        Larutan diinokulasi dengan cairan bibit (starter) lalu diperam selama 2 minggu dalam ruangan yang tertutup. Selama 2 minggu dalam ruangan yang tertutup. Selama pemeraman, wadah harus tertutup rapat dengan plastik atau kertas koran.
        Setelah pemeraman, laurtan tersebut akan menggumpal membentuk nata de coco yang siap dipanen.
        Potong Nata de Coco tersebut menjadi bagian kecil berbentuk kubus, tiriskan, rendam dalam air bersih 2-3 hari untuk menghilangkan asamnya. Air rendamannya diganti tiap hari dengan air yang bersih. Kemudian dimasak atau didihkan selama 10 menit lalu ditiriskan lagi.
        Agar manis dan daya simpannya tahan lama, potongan-potongan nata de coco direndam dalam larutan gula dengan perbandingan 600 gr gula : 1,5 liter air, kemudian ditambahkan pengawet natrium benzoate sebanyak 100 mg untuk setiap kg nata de coco. Perendaman dilakukan selama 1 malam agar gula dan pengawet dapat meresap dengan baik.
        Agar aromanya memikat, larutan rendaman dapat ditambah essence secukupnya.
        Setelah perendaman, masukkan nata de coco ke botol-botol jar yang sudah disterilkan atau dikemas dalam plastik. Masukkan juga air rendaman tersebut dengan perbandingan 3 : 1.



P E N U T U P

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan antara lain:
1.      Kelapa adalah salah satu komoditi ekspor yang menjanjikan bagi negara Indonesia yang merupakan salah satu penghasil dan pengekspor kelapa besar di dunia.
2.      Nata de Coco adalah salah satu hasil kelapa yang banyak mengandung karbohidrat, protein, lemak dan minyak, mempunyai serat yang kasar dan kadar air yang cukup tinggi sangat baik untuk tubuh.



DAFTAR PUSTAKA


Achmad Husein, SKM. 2002. Pengolahan Limbah Cair Industri Nata de Coco, Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Yogyakarta.

Setyawidjaja Djoehana, 1993. Bertanam Kelapa. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Suhardiyono. 1995.  Tanaman Kelapa . Kanisius. Yogyakarta.

Rohman Ansori. 1992. Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcarna. Yogyakarta.

Winarno. F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Klik aku di sini:




1 komentar:

Tolong Beri Komentar demi perkembangan blog ini....
Terima kasih