SELAMAT DATANG

Selamat Datang di http://widodoalgani.blogspot.com
Semoga Bermanfaat.
Mohon tinggalkan komentar.

Senin, 26 Desember 2011

Bahaya Sate......

Siapa tidak kenal dengan sate, makanan khas indonesia yang sering dikonsumsi oleh setiap golongan. Namun dibaliknya nikmatnya sate, terdapat bahaya yang mengincar siapapun yang mengkonsumsinya.  Sate yang dimasak dengan cara dibakar dengan bara api  dapat menimbulkan efek negatif akibat dari hasil pembakaran bara api yang akan langsung kontak dengan daging.

Pemasakan daging atau ikan atau makanan lain menggunakan panas dari api secara langsung dapat membuat lemak pada makanan meleleh dan menetes pada api dan menghasilkan komponen senyawa PAH. Senyawa kimia yang terbawa oleh asap pembakaran akan melapisi permukaan makanan. Akibatnya semakin lama paparan terhadap api, maka semakin banyak PAH yang  menempel pada makanan.

Polisiklik aromatik hidrokarbon atau biasa disebut PAH adalah suatu golongan komponen organik yang terdiri dari lebih dari dua cincin aromatik. PAH dibentuk melalui pembakaran tidak sempurna. PAH dapat masuk kedalam tubuh melalui makanan, asap rokok, asap knalpot atau asap hasil pembakaran oleh industri. PAH telah benyak diteliti dan dilaporkan bersifat mutagenik dan karsinogenik pada hewan percobaan dan manusia. Pada sel mamalia, PAH dimetabolisme menjadi diol epoxide yang dapat terikat pada sel dan DNA, yang dapat menganggu replikasi DNA dan akhirnya dapat menjadi awal terbentuknya sel kanker dan mutasi.
Beberapa golongan PAH, seperti Benzo[a]pyrene, dapat menganggu fungsi reproduksi. Penelitian pada tikus percobaan menunjukan bahwa paparan Benzo[a]pyrene dapat mengurangi tingkat kesuburan tikus betina. Pada dosis yang cukup tinggi, Benzo[a]pyrene dapat menghancurkan sel telur sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma.  selain itu Benzo[a]pyrene yang dikonsumsi oleh tikus hamil ternyata mampu pindah ke jaringan plasenta dan masuk ke dalam jaringan embrio dan memicu terjadinya resorpsi kembali janin oleh rahim atau kematian pada janin.

Makanan yang belum diproses pada umumnya tidak mengandung PAH yang tinggi. Makanan dapat terkontaminasi oleh PAH yang ada pada air, tanah, atau udara.Pada area padat penduduk atau daerah industri, jumlah PAH pada makanan yang belum diproses dapat merefleksikan tingkat pencemaran udara daerah tersebut.

Makanan yang telah diproses pada suhu tinggi seperti penggorengan dan  pembakaran adalah sumber utama PAH. Pada daging dan ikan yang telah dibakar ditemukan PAH sebanyak 200 µg/kg makanan. Pada daging barbeque, ditemukan PAH sebanyak 130 µg/kg makanan. Sedangkan untuk makanan yang belum diproses memiliki jumlah PAH sebanyak 0.01-1 µg/kg makanan.

Jumlah PAH yang tebentuk pada saat pemasakan  sangat tergantung pada cara pemasakan . Beberapa cara sederhana dapat mengurangi resiko kontaminasi PAH pada makanan. Hindari memasak dengan cara kontak engan api secara langsung dan kurangi penggunaan lemak saat membakar atau memanggang.
Penggunaan suhu yang lebih rendah dalam waktu lebih lama juga dapat mengurangi jumlah kontaminan PAH pada makanan. Intesitas citarasa yang terbentuk akibat pemasakan pada makanan tidak terkait dengan munculnya seberapa pekat warna coklat pada makanan yang dibakar. Oleh sebab itu, makanan tidak perlu dimasak terlalu lama untuk mendapatkan cita rasa. Namun pemasakan harus dilakukan seefektif mungkin untuk membunuh mikroba dan mendapatkan cita rasa. 

Kalau Anda penggemar sate atau makanan yang dibakar, pasti akan mendapati ada sebagian sisi dari makanan itu yang menghitam karena terlalu lama kena api. Menu barbeque ini yang sebaiknya Anda kurangi porsinya. Karena, kerak hitam bekas bakaran merupakan salah satu bentuk zat karsinogen yang memicu terbentuknya sel kanker.
Makanan bakar dan digoreng sama bahayanya. Keduanya dapat mengubah gula dan asam pada jaringan otot menjadi senyawa yang berpotensi menimbulkan kanker. Mutasi sel dari faktor makanan ini bisa muncul akibat konsumsi makanan yang diolah pada suhu tinggi dengan digoreng dan dibakar.
Kejadian tumor usus meningkat dari 31 persen menjadi 80 persen pada tikus tersebut setelah mengkonsumsi zat dari kerak daging,” kata peneliti dari Institut Kesehatan Publik Norwegia, seperti rilis Daily Express.
Penelitian di Noerwegia itu diujikan pada sebuah tikus yang diberikan enzim manusia. Lalu, tikus diberikan makanan daging merah yang mengandung kerak hitam hasil dibakar. Hasilnya, risiko kanker usus naik dua kali lipatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong Beri Komentar demi perkembangan blog ini....
Terima kasih