SELAMAT DATANG

Selamat Datang di http://widodoalgani.blogspot.com
Semoga Bermanfaat.
Mohon tinggalkan komentar.

Senin, 01 Agustus 2011

PURITANISME KE RADIKALISME


PURITANISME KE RADIKALISME

Musim berburu teroris sedang bertalu-talu. Perburuan terhadap teroris terus digencarkan oleh aparat kepolosian lewat Densus 88. Penggrebekan demi penggrebekan terus dilakukan. Hingga kini masih ada DPO-DPO teroris yang belum tercokok. Kematian Osama bin Laden tak mengendurkan jihat melawat terorisme. Toh, masih tersingkap masih banyaknya gerakan bawah tanah dari kelompok teroris yang bersiap melancarkan aksinya. Ini pertanda bahwa teroris masih bercokol di negeri kita.
Berbagai penemuan bom pada 2011 ini menunjukkan bahwa generasi baru pelaku aksi terorisme telah lahir di negeri ini. Lebih dari itu, berbagai kasus bom itu juga membuktikan bahwa Indonesia kini sudah menjadi medan perang baru bagi pelaku aksi terorisme. Ya, diakui bahwa jaringan terorisme terus tumbuh di Indonesia. Pertumbuhan jaringan terorisme kini bahkan melahirkan generasi baru dengan ideologi, modus, dan sasaran serangan yang bergeser bila dibandingkan dengan jaringan sebelumnya.
Mereka mengorganisasi diri dalam kelompok kecil, sebagian dengan bom rakitan sederhana dan sasarannya indivual. Sementara, selama tahun 2011, ada serangkaian bom seperti bom buku, bom bunuh diri. Mungkin, para pelaku teror bom memahami akan suatu filsafat bahwa adalah kebenaran yang relative. Artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman dan peradaban manusia. Bagaimanapun penilaian tentang sesuatu kebenaran yang dianggap benar itu masih sangat tergantung oleh ruang dan waktu. Apa yang dianggap benar oleh suatu masyarakat atau bangsa lain, balumlah tentu akan dinilai sebagai suatu kebenaran oleh masyarakat atau bangsa lain, meskipun dalam kurun waktu yang sama. Sebaliknya sesuatu yang dianggap benar oleh suatu masyarakat atau bangsa tertentu dalam suatu zaman, akan berbeda pada zaman berikutnya.
Atau mungkin karena pandangan orang-orang pelaku bom itu sudah sangat ekstrim, sehingga menganggap polah tingkah masyarakat Indonesia belum sesuai dengan ajaran Islam. Sehingga berusaha ingin memunculkan gerakan puritanisme (pemurnian Islam). Ajaran yang memelopori ini adalah wahabi.
Ajaran wahabisme sudah cukup lama tersiar. Di Indonesia, gerakan bawah tanah ini sudah ada pada era 1970-an. Awalnya, ajaran wahabisme digunakan sebagai ideologi negara di Kerajaan Arab Saudi guna memperkuat pertahanan menghadapi serangan musuh. Namun sayang, dalam perkembangan selanjutnya, gerakan ini menjadi liar dan sulit dikontrol pemerintah. Kabarnya pemerintah Saudi sendiri akhirnya mencoret sekaligus melarang wahabisme berkembang di negara itu.
Upaya tersebut ternyata kurang ampun menghentikan gerakan masif yang terlanjur menyebar ke seluruh wilayah sekaligus menciptakan teror-teror yang meresahkan masyarakat. Semakin meluasnya ajaran wahabisme tidak terlepas dari sokongan dana tidak terbatas berupa dana sosial dan zakat dari sederet orang kaya yang menjadi pengikutnya. Pengikut di Arab endiri sangat besar, karena ideologi inimerupakan gerakan bawah tanah yang sangat masif.
Wahabisme menggunakan masjid dan juga sektor pendidikan untuk menyebarluaskan ajarannya. Dakwah serta dana pendidikan yang tidak terbatas itu kemudian dimanfaatkan untuk membawa pesan ideologi wahabisme yang anti nasionalisme dan membenarkan kekerasan. Tujuan mereka jelas, membuat negara-negara berpenduduk Islam menjadi negara yang berasaskan Islam.
Tak pelak, semua komponen bangsa harus bergerak bersama, tak bisa semata bergantung pada pemerintah dan aparat saja. Gerakan tandingan berupa deradikalisasi perlu dilakukan oleh berbagai komponen bangsa ini. Ini jelas memerlukan suatu langkah nyata dalam membendung aksi radikalisme di Indonesia dengan melihat gejala-gejala di masyarakat yang dapat menumbuhkan benih radikalisme. Ormas-ormas maupun organisasi keagamaan dapat memberikan ide-ide baru dalam implementasi program deradikalisasi, mengingat masih banyaknya peluang-peluang gerakan radikalisme maupun terorisme yang dapat muncul di Indonesia.
Kita juga makin sadar betapa pentingnya peran dunia pendidikan dalam membendung bibit-bibit baru radikalisme maupun terorisme. Banyak deteksi bahwa para pelaku terorisme mulai memfokuskan perekrutan anggota baru di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pesantren, maupun universitas.
Selain terorisme, meningkatnya arus radikalisme agama di Indonesia akhir-akhir ini bisa ditengarai dengan memuncaknya aksi kekerasan yang menimpa Jama’ah Ahmadiyah Indonesia, perusakan gereja-gereja dan maraknya konflik antaragama di beberapa daerah. Pengaruh gerakan ini juga telah merambah ke dalam wilayah politik. Lahirnya era reformasi di Indonesia yang membuka kran kebebasan, semakin memudahkan mereka memasuki panggung perpolitikan. Gerakan semacam ini jika dibiarkan bisa berakibat pada pendangkalan makna agama. Karena agama yang semula mempunyai banyak sisi dan ragamnya, pelan-pelan telah direduksi menjadi simbol politik tertentu dan berwajah tunggal. Inilah yang selama ini menjadi keprihatinan para pembaharu agama.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong Beri Komentar demi perkembangan blog ini....
Terima kasih